Followers

Wednesday 27 February 2013

Higher Levels of Several Toxic Metals Found in Children With Autism

Feb. 25, 2013 — In a recently published study in the journal Biological Trace Element Research, Arizona State University researchers report that children with autism had higher levels of several toxic metals in their blood and urine compared to typical children. The study involved 55 children with autism ages 5-16 years compared to 44 controls of similar age and gender.


The autism group had significantly higher levels of lead in their red blood cells (+41 percent) and significantly higher urinary levels of lead (+74 percent), thallium (+77 percent), tin (+115 percent), and tungsten (+44 percent). Lead, thallium, tin, and tungsten are toxic metals that can impair brain development and function, and also interfere with the normal functioning of other body organs and systems.
A statistical analysis was conducted to determine if the levels of toxic metals were associated with autism severity, using three different scales of autism severity. It was found that 38-47 percent of the variation of autism severity was associated with the level of several toxic metals, with cadmium and mercury being the most strongly associated.
In the paper about the study, the authors state "We hypothesize that reducing early exposure to toxic metals may help ameliorate symptoms of autism, and treatment to remove toxic metals may reduce symptoms of autism; these hypotheses need further exploration, as there is a growing body of research to support it."
The study was led by James Adams, a President's Professor in the School for Engineering of Matter, Transport and Energy, one of ASU's Ira A. Fulton Schools of Engineering. He directs the ASU Autism/Asperger's Research Program.
Adams previously published a study on the use of DMSA, an FDA-approved medication for removing toxic metals. The open-label study found that DMSA was generally safe and effective at removing some toxic metals. It also found that DMSA therapy improved some symptoms of autism. The biggest improvement was for children with the highest levels of toxic metals in their urine.
Overall, children with autism have higher average levels of several toxic metals, and levels of several toxic metals are strongly associated with variations in the severity of autism for all three of the autism severity scales investigated.
The study was funded by the Autism Research Institute and the Legacy Foundation.

Tuesday 19 February 2013

Pencipta Kamera Adalah Saintis Islam

Pencipta Kamera Adalah Saintis Islam: Isuhangat.net. Suratkhabar terkemuka di Barat, The Independent pada edisi 11 Mac 2006 telah menerbutkan sebuah artikel yang sangat menarik bertajuk ...
 Sukalah nak kongsi dan buat koleksi kisah-kisah pengubatan ini. 
Terima kasih kepada doktor yang menulis catatan ini.

Alasan Dokter Negara Maju "Pelit" Memberikan Obat ke Anak


Belum sebulan aku tinggal di Belanda, dan putraku Malik terkena demam tinggi. Setelah tiga hari tak ada perbaikan aku membawanya ke huisart (dokter keluarga) kami, dr. Knol.

"Just wait and see. Don’t forget to drink a lot. Mostly this is a viral infection." kata dokter tua itu.

"Ha? Just wait and see?" batinku meradang.
Ya, aku tahu sih masih sulit untuk menentukan diagnosa pada kasus demam tiga hari tanpa ada gejala lain. Tapi masak sih nggak diapa-apain.

"Obat penurun panas Dok?" tanyaku lagi.
"Actually that is not necessary if the fever below 40 C."

Sebetulnya di rumah aku sudah memberi Malik obat penurun panas, tapi aku ingin dokter itu memberi obat lain. Sudah lama kudengar bahwa dokter disini pelit obat. Karena itu, aku membawa obat dari Indonesia.

Dua hari kemudian, demam Malik tak kunjung turun dan frekuensi muntahnya bertambah. Aku kembali ke dokter. Dia tetap menyuruhku wait and see. Pemeriksaan laboratorium akan dilakukan bila panas anakku menetap hingga hari ke tujuh.

"Anakku ini suka muntah-muntah juga Dok," kataku.
Lalu si dokter menekan-nekan perut anakku. "Apakah dia sudah minum suatu obat?"

Eh tak tahunya mendengar jawabanku, si dokter malah ngomel-ngomel,
"Kenapa kamu kasih syrup Ibuprofen? Pantas saja dia muntah-muntah. Ibuprofen itu sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak, karena efeknya bisa mengiritasi lambung. Untuk anak-anak lebih baik beri paracetamol saja."

Huuh! Walaupun dokter itu mengomel sambil tersenyum ramah, tapi aku jengkel dibuatnya. Jelek-jelek begini gue lulusan fakultas kedokteran tau!

Setibanya di rumah, suamiku langsung menjadi korban kekesalanku.
"Lha wong di Indonesia, dosenku aja ngasih obat penurun panas nggak pake diukur suhunya. Mau 37, 38 apa 39 derajat, tiap ke dokter dan bilang anakku sakit panas, penurun panas ya pasti dikasih. Masa dia bilang ibuprofen nggak baik buat anak!"

Sewaktu praktek menjadi dokter dulu, aku lebih banyak mencontek yang dilakukan senior. Tiga bulan menjadi co-asisten di bagian anak memang membuatku kelimpungan dan belajar banyak hal, tapi secuil-secuil ilmu kudapat. Seperti orang travelling Eropa dalam dua minggu. Menclok sebentar di Paris, dua hari ke Roma. Dua hari di Amsterdam, kemudian tiga hari mengunjungi Vienna. Puas berdiam di Berlin dan Swiss, waktu habis. Tibalah saat pulang ke Indonesia. Tampaknya orang itu sudah keliling Eropa, padahal ia hanya mengunjungi ibukota utama. Banyak negara dan kota di Eropa belum disambangi. Itulah kami, pemuda-pemudi fresh graduate from the oven Fakultas Kedokteran. Malah yang kami pelajari dulu, kasusnya tak pernah kami jumpai dalam praktek sehari-hari. Berharap bisa memberikan resep cespleng, kami mengintip resep ajian senior!

Setelah Malik sembuh, Lala, putri pertamaku sakit. Kuberikan obat batuk yang kubawa dari Indonesia. Batuknya tak hilang dan ingusnya masih meler. Lima hari kemudian, Lala kubawa ke huisart.

"Just drink a lot," katanya ringan.

"Apa nggak perlu dikasih antibiotik Dok?" tanyaku tak puas.

"This is mostly a viral infection, no need for an antibiotik," jawabnya lagi.

Lalu ngapain dong aku ke dokter,tiap ke dokter pulang nggak pernah dikasih obat. Paling enggak kasih vitamin keq!
"Ya udah beli aja obat batuk Thyme syrop. Di toko obat juga banyak."
Ternyata isi obat Thyme itu hanya ekstrak daun thyme dan madu.

Saat itu aku memang belum memiliki waktu untuk berintim-intim dengan internet. Di kepalaku, cara berobat yang betul adalah seperti di Indonesia.

Putriku sembuh. Sebulan kemudian sakit lagi. Batuk pilek putriku kali ini ringan, tapi hampir dua bulan sekali ia sakit. Dua bulan sekali memang lebih mendingan karena di Indonesia dulu, hampir tiap dua minggu ia sakit.
"Dok anak ini koq sakit batuk pilek melulu ya?"

Setelah mendengarkan dada putriku dengan stetoskop, melihat tonsilnya, dan lubang hidungnya,huisart-ku menjawab,"Nothing to worry. Just a viral infection."

"Tapi Dok, dia sering banget sakit, hampir tiap sebulan atau dua bulan Dok,"

Dokter tua yang sebetulnya baik dan ramah itu tersenyum. "Do you know how many times normally children get sick every year?"

"Twelve time in a year, researcher said," katanya sambil tersenyum lebar. "Sebetulnya kamu tak perlu ke dokter kalau penyakit anakmu tak terlalu berat," sambungnya.

Aku pulang dengan perasaan malu. Barangkali si dokter benar, aku selama ini kurang belajar.

Setelah aku beradaptasi dengan kehidupan di Belanda, aku berinteraksi dengan internet. Aku menemukan artikel Prof. Iwan Darmansjah, ahli obat-obatan Fakultas Kedokteran UI.
"Batuk - pilek beserta demam yang terjadi 6 - 12 bulan masih wajar. Observasi menunjukkan kunjungan ke dokter terjadi 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun."

"Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan penanganannya, Pertama, obat diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus.


 Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi.

Duuh…kemana saja aku selama ini. Eh..sebetulnya..bukan salahku dong. Aku kan sudah membawa mereka ke dokter spesialis anak. Sekali lagi, mereka itu dosenku lho!.
Di Belanda 'dipaksa' tak pernah mendapat antibiotik untuk penyakit khas anak-anak, kondisi anakku jauh lebih baik. Mereka jarang sakit.

Aku tercenung mengingat 'pengobatan rasional'. Hey! Lalu kemana perginya ingatan itu? Jadi, apa yg kulakukan, tidak meneliti baik-baik obat yang kuberikan, sedikit-sedikit memberi obat penurun panas, sedikit-sedikit memberi antibiotik, baru sehari atau dua hari anak mengalami sakit ringan aku panik dan membawa ke dokter, sedikit-sedikit memberi vitamin. Rupanya adalah tindakan yang sama sekali tidak rasional!
Sistem kesehatan Belanda menerapkan betul apa itu pengobatan rasional.

Aku baru mengetahui ibuprofen memang lebih efektif menurunkan demam pada anak, sehingga banyak negara termasuk Amerika Serikat,dipakai secara luas untuk anak-anak. Tetapi resiko efek sampingnya lebih besar, Belgia dan Belanda menetapkan kebijakan lain. Walaupun obat ibuprofen tersedia di apotek dan boleh digunakan usia anak diatas 6 bulan, di kedua negara ini, parasetamol tetap dinyatakan sebagai obat pilihan pertama anak demam.

Jadi, bagaimana dengan para orangtua di Indonesia? Aku tak ingin berbicara terlalu jauh soal mereka-mereka yang tinggal di desa atau orang-orang yang terpinggirkan. Karena kekurangan dan ketidakmampuan penyakit anak sehari-hari, orang desa relatif 'terlindungi' dari paparan obat-obatan yang tak perlu. Sementara kita yang tinggal di kota besar, cukup berduit, melek sekolah, internet dan pengetahuan, malah kebanyakan selalu dokter-minded dan gampang dijadikan sasaran oleh perusahaan obat dan media. Kalau pergi ke dokter lalu tak diberi obat, biasanya kita malah ngomel-ngomel, 'memaksa' agar si dokter memberikan obat. Iklan-iklan obat pun bertebaran di media, bahkan tak jarang dokter-dokter 'menjual' obat tertentu melalui media. Padahal mestinya dokter dilarang mengiklankan suatu produk obat.

Dan bagaimana pula dengan teman-teman sejawatku dan dosen-dosenku yang kerap memberikan antibiotik dan obat-obatan yang tidak perlu pada pasien batuk, pilek, demam, mencret? Malah aku sendiri dulu pun melakukannya karena nyontek senior. Apakah manfaatnya lebih besar dibandingkan resikonya? Tentu saja tidak. Biaya pengobatan membengkak, anak malah gampang sakit dan terpapar obat yang tak perlu. Belum lagi bahaya besar jelas mengancam seluruh umat manusia: superbug, resitensi antibiotik! Tapi mengapa semua itu terjadi?

Duuh Tuhan, aku tahu sesungguhnya Engkau tak menyukai sesuatu yang sia-sia dan tak ada manfaatnya. Namun selama ini aku telah alpa. Sebagai orangtua, bahkan aku sendiri yang mengaku lulusan fakultas kedokteran ini, telah terlena dan tak menyadari semuanya. Aku tak akan eling kalau aku tidak menyaksikan sendiri dan tidak tinggal di negeri kompeni ini. Apalagi dengan masyarakat awam, para orangtua baru yang memiliki anak-anak kecil itu. Jadi bagaimana mengurai keruwetan ini seharusnya? Memikirkannya aku seperti terperosok ke lubang raksasa hitam. Aku tak tahu, sungguh!

Aku sadar. Telah terjadi kesalahan paradigma pada kebanyakan kita di Indonesia dalam menghadapi anak sakit. Disini aku sering pulang dari dokter tanpa membawa obat. Aku ke dokter biasanya 'hanya' konsultasi, memastikan diagnosa penyakit dan penanganan terbaiknya, serta meyakinkan diriku bahwa anakku baik-baik saja.

Di Indonesia, ke dokter = dapat obat?
Sistem kesehatan di Indonesia memang masih ruwet. Kebijakan obat nasional belum berpihak pada rakyat. Perusahaan obat bebas beraksi‘ tanpa ada peraturan dan hukum yang tegas dari pemerintah. Dokter pun bebas meresepkan obat apa saja tanpa ngeri mendapat sangsi.

Lalu dimana ujung pangkal salahnya? Percuma mencari-cari ujung pangkal salahnya.Kondisi tersebut jelas tak bisa dibiarkan. Siapa yang harus memulai perubahan? Pemerintah, dokter, petugas kesehatan, perusahaan obat, tentu semua harus berubah. Namun, dalam kondisi seperti ini, mengharapkan perubahan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat sungguh seperti pungguk merindukan bulan. Sebagai pasien kita pun tak bisa tinggal diam. Setidaknya, bila pasien 'bergerak', masalah kesehatan di Indonesia, utamanya kejadian pemakaian obat yang tidak rasional dan kesalahan medis tentu bisa diturunkan.

Dikutip dari buku "Smart Patient" karya dr. Agnes Tri Harjaningrum
http://ibuhamil.com/ (04)

Monday 7 January 2013

Idea Ulama' Islam Tapi Maria Montessori yang dapat nama???





Kita sering suka  menerpa apa sahaja tanpa menghirau dan membuat penelitian sendiri.  Semua yang nampak  hebat...logo , pasarana , konsep pendidikannya ...

Kita seakan tak tahu untuk kembali. Kembali pada fitrah kita al quran malah sewenangnya memperjuangkan sistem yang dipopularkan tanpa mengenal peribadi pengasas. 

 Montessori tidak berkhawin tetapi dapat anak daripada hubungan sulitnya. Terpulang pada pembaca untuk membuat penilian moralnya. 

Tentang penggunaan peralatan dalam kaedah pengajaran yang digunakan oleh Montessori sebenarnya bukan satu yang baru. Ibn Khaldun (1332-1406)terlebih dahulu menyatakan idea pentingaya menggunakan peralatan.

 Berabad kemudian Rousseu (1712-1778) turut mengatakan pentingnya penggunaan peralatan. Kedua-dua tokoh ini tidak merealisasikan peralatan yang patut digunakan oleh kanak-kanak. Froebel (1783-1852) mencipta alatan untuk pembelajaran kanak-kanak. Montessori (1870-1952) mengubahsuai alat yang dicipta Froebel untuk digunakan kanak-kanak yang kurang bernasib baik.

Isunya Ibn Khaldun tidak diangkat ideanya kerana...dan tokoh yang lain mereka adalah seagama. Montessori kerana ada pertubuhan dan pengikut untuk meneruskan tradisi berbanding dengan Froebel. Program lain seperti Waldorf,Head Start,High Scope, Bank Street dan Regio Emilia tiada pertubuhan dan kurang mendapat perhatian.

Sapanajang pengajian saya di luar negara dan buku yang saya baca Mentossori tidak pernah memeluk agama Islam. Mengapa memandai mandai meletakkan nama Islamic Montessori? Mengapa perlu diubah hanya untuk mempengaruhi umat Islam sanggup menggadai dengan meletakkan Islamic Montessori? Biarkan nama itu kekal seperti asal sebagai sejarah program pendidikan awal kanak-kanak seperti yang lainnya. Mengapa Head Start, High Scope, Waldorf, Regio Emilia tidak diletakkan nama Islamic didepannya? Inilah yang mengecewakan saya kerana tidak faham sewenang-wenangnya menggunakan nama Islam.

Ini adalah perbualan saya dengan salah seorang yang memperjuangkan pendidikan awal di Malaysia.
Kini , kita,,,mempopularkan siapa? Kita lebih kenal siapa? Anak kita diperkenalkan dengan nama imam Al ghazali? Ibnu Khaldun?.....

10 Cara Untuk Membina Harga Diri Anak Anda


Sebuah artikel Professor Madya Dr M Swamenathan , Ahli Psikologi
,
Kanak-kanak yang ada harga diri adalah optimistik, bijak hadapi tekanan,
mampu mencari penyelesaian dan biasanya bangga dengan diri mereka.

Harga diri ialah kepercayaan pada diri sendiri yang kanak-kanak ada terhadap diri mereka. Cara mereka menilai diri akan mempengaruhi motivasi, sikap dan tingkah laku mereka dalam setiap situasi dan terhadap setiap orang yang mereka berinteraksi.

Harga diri ialah aspek penting membayangkan cara mereka menghadapi cabaran kehidupan. Kanak-kanak yang ada harga diri yang tinggi biasanya cemerlang di sekolah dan bersedia mencuba perkara baru. Kebiasaannya, mereka lebih gembira dan sihat berbanding kanak-kanak yang rendah harga diri.
   
 Disebabkan harga diri bermula dari kecil, ia penting untuk anda memainkan peranan aktif dalam membantu anak anda meningkatkan harga diri. Inilah beberapa langkah mudah sebagai permulaan.

1. Tiada Perbandingan
Elakkan membanding anak anda dengan anak jiran, saudara mara atau rakan. Ia tidak memotivasikan anak anda untuk melakukan yang terbaik (untuk membesar lebih tinggi atau berlari lebih laju). Sebaliknya, anda memperbesarkan kelemahannya dan dia berasa dia mengecewakan anda.

2. Ketepikan Jenaka
Jangan berjenaka tentang kekurangan fizikal, penampilan atau keturunan. Kukuhkan kepercayaan bahawa yang anak anda sempurna tidak kira ketinggian atau berat badan dan kasih sayang anda tiada penghujungnya.

3. Jangan Memberi Gelaran
Jangan merendah-rendahkan anak anda. Jangan menggelarnya “lembab” atau “bodoh” jika dia gagal melakukan sesuatu. Sebaliknya, cadangkan apa yang boleh diperbaiki dan hulurkan bantuan sekiranya diperlukan.


4. Elakkan Hukuman Automatik
Elak hukuman automatik. Contohnya, menghukum anak kerana tidak menghabiskan makanan akan membuatkannya benci makan. Cuba jelaskan peraturan waktu makan dan beri hadiah sekiranya peraturan dituruti. Disiplin seharusnya adil, tegas dan mesra.

5. Sentiasa Positif
Jika anda ingin berkata sesuatu yang negatif, hentikanlah. Tak sudah-sudah bercakap aspek negatif tentang anak anda (contohnya, bercerita kepada saudara mara yang anak anda kencing malam) akan menunjukkan padanya yang anda mementingkan personaliti itu sahaja.

6. Ucap Selamat Tinggal Kepada Momok
Jangan takutkan anak anda dengan hantu, raksasa atau polis jahat. Ia mungkin berkesan untuk jangka pendek tetapi membawa kepada fobia dalam hidupnya kelak. Kanakkanak yang selalu ditakutkan hantu akan takut tempat gelap dan membina personaliti yang percaya perkara karut.

7. Elakkan Anak Anda Berasa Serba Salah
Jangan buat anak anda berasa bersalah akibat bersikap “jahat” kerana perasaan itu akan membuatnya lebih risau, menyalahkan diri sendiri malah menjadi lalai dalam jangkamasa panjang. Sentiasa berkomunikasi dengan jelas, tetapkan harapan munasabah dan elak dari menyalahkannya sekiranya kesalahan terjadi.

8. Adakan Masa Bersama
Cipta kenangan menyeronokkan bersama anak anda. Suka memancing? Rancang aktiviti memancing dan bawanya bersama. Dengan menyertakan anak anda dalam masa riadah anda, ia akan membuatnya berasa penting dan dihargai.

9. Didik Berdikari
Daripada melakukan segalanya untuk anak anda, tanyalah dia, ”Bagaimana boleh saya bantu kamu?” Biarkan anak anda mebuat keputusan dan benarkan dia melakukan kesilapan dan belajar melaluinya.

10. Tingkatkan Pujian
Kanak-kanak memerlukan pujian dan penegahan positif. Ini akan membantu mereka percayakan diri sendiri dan memahami yang anda (dan orang lain) turut mempercayai dirinya.


Sunday 9 December 2012

Penyakit , pesakit dan penyembuh

   

Sentiasa memikirkan peringatan dari rasulullah saw : " Setiap penyakit pasti ada penyembuhnya bila kamu bertemu penyembuhnya kecuali sakit tua dan mati..."

Akan tetapi mengapakah pengubatan yang berteraskan dadah tidak pernah memberi penyembuhan...
 malah mengujudkan pelbagai komplikasi kepada penyakit lain pula?

Biarpun saya bukanlah orang medic tetapi bidang ini tetap menjadi bahan fikir saya. Saya amat tersentuh dan sedih melihat pesakit dari diabetes , bertambah ke darah tinggi , darah pekat , jantung , kegagalan buah pinggang , rosak pankreas..kena hemo dan akhir sekali mati..AGENDA APAKAH INI?

Doktor -doktor pula merawat dari satu komplikasi ke satu komplikasi tanpa memberi penyembuhan pada punca penyakit dan pesakit bebas dari derita yang ditanggong. Mengapa ini patern pengubatan di hospital?
Dari segar bugar badan dah jadi macam disirami  racun dan wajah tua dari usia? Makin hari makin tak sihat? Daripada boleh berjalan datang ke hospital dan kini berkerusi roda? Daripada berkaki dua kini tinggal satu je kaki sebab dengar cakap doktor ,, kaki kamu kena potong sebab kencing manis...ye cakap doktor adalah segala-galanya biar pun tak berkaki.

Daripada sejenis ubat diambil dari farmasi hospital , bulan ke tahun ubat bertambah jadi berbeg-beg dan kini stroke tak bangun dah,,,,," pak cik tak pernah tinggal makan ubat hospital sambil menghulurkan ubatnya"... saya menyelak-nyelak botol2 ubat dalamnya ,,,macam-macam ubat ada dalam supit tu,, darah tinggi , ubat susah tidur , ubat sembelit , ubat tahan sakit..


Doktor kata : kalau nak berubat ke lain boleh tapi ubat hospital jangan tinggal..betulkah begitu adatnya?  Pernah juga seorang doktor mengherdik pesakitnya yang juga merupakan  sahabat saya kerana tak mahu makan ubat kansernya? Mengapa kalau tak ambil vaksin dikatakan kolot? Puas bergaduh dengan doktor di hospital bila minta dikecualikan vaksin untuk cucu saya. Adakah benar , kena bergaduh untuk dikecualikan bahan beracun dan fasad dimasukkan ke dalam tubuh zuriat kami? Kena  mendepani para doktor  yang juga kolot dengan pemikirannya  sedangkan ilmu pengubatan begitu luas?


 Kenapa Al Quran dikatakan pengubatan alternatif sedang Al Quran itulah pengubatan utama baik penyakit fizikal , mental dan rohani sedangkan Al Quran itulah manual manusia sejagat. Ilmu Al Quran tidak meninggalkan pengamalnya dengan bebrapa  peratus gagal dan beberapa peratus berjaya sedang pengubatan dadah menjanjikan itu...vaksin ni nanti beberapa peratus yang gagal. Kuman yang dah dimatikanlah,,,yang dah dilemahkanlah.


Baby dilahirkan adalah untuk disegar dan diransang dengan segala kebaikan dan tumbuh sihat. Mulakan hidup baby dengan kebaikan  seperti  azankan ketika dilahirkan ,memberi susu ibu yang Allah janjikan sebagai  imunisasi yang paling baik. Rasulullah menyuapkan air zam-zam dan kurma kepada baby yang baru dilahirkan yang bawakan kepadanya. Diaqiqahkan , dicukurkan rambutnya. Allah telah  mencipta kita sebaik-baik kejadian dengan perlindungan yang lengkap dariNya. Apakah kita terlebih bijak dari Allah hingga membuat syarat  setiap baby mesti divaksinkan dengan alasan  sebagai  pencegah?  Apakah kuman dan racun itu pencegah?

Kenapa kita disyarakatkan vaksin tanpa diberikan maklumat apa kandungan vaksin? Mengapa kita dididik begitu? Tak pernah kita persoalkan kepada doktor...kita terus dikepompongkan minda dari mendapat ilmu yang sahih.

 Apakata  peratus yang gagal itu terkena pada zuriat kita? Kuman yang aktif dimasukkan? Anak sakit , demam , paru-paru berair..ye peratus kuman yang aktif itulah yang menular ke dalam paru-paru baby harapan dan kesayang saya enam belas  tahun dahulu " Kuman TB ". Bertungkus-lumus dan berhempas pulas penuh sebak sedih hampa cemas semua dirasai masa itu. Masa itu kami hanya tahu dan kenal hospital. Mengulang-ngulang hospital  bagaikan kampung halaman. Dengar dan  ikut segala cakap doktor yang dianggapkan nasihat  berharga  yang  mesti diikuti..

Berpandukan  peringatan dan pesanan rasulullah saw " tiap penyakit ada penyembuhnya " Akhirnya kami tinggalkan  hospital dan pengubatannya mencari pengubatan lain sehinggalah baby yang dilahirkan pada tanggal 13hb Januari 1996 itu sembuh tiga tahun selepas itu.
Dengan  ujian Allah  inilah , kaedah pengubatan tersebut juga lain-lain  kaedah pengubatan  kami mengambil tahu dan  peduli. Kami  tidak menafikan  kehebatan tiap kaedah yang diterokai dari ilmu Allah yang sinonim dengan fitrah kejadian manusia. Satu nikmat  dan rahmat dari Allah. Tumbuh-tumbuhan adalah penawar untuk manusia itu sendiri.

Kenapa kita  dihantui  dengan kenyataan , Kalau hospital gagal menyembuhkan maka tamatlah ikhtiar , begitu ke? Bila sakit kena pergi hospital , tempat lain tak ada ubat ...muktamad ke begitu?

Masya Allah , subhanallah ....

Ilmu Allah teramatlah luas. Kita diberi ruang mencari ikhtiar.
Semasa menghadiri Kongres Pengubatan Islam Nusantara di akadermik pengajian islam di universiti malaya baru2 ini , saya amat tertarik dengan seorang doktor yang merupakan pengasas kepada rawatan HERBA AN NAABAT Dr. Nurmawati.
Beliau kini adalah pensyarah di cyberjaya

Dr. Nurmawati adalah pemegang
Bsc ( Gadja Mada Univ )
Farmasi Apt ( Gadja Mada Univ ) Apoteker
MSc ( UKM ) , PH,D ( UPM ) Biologi Molekuler

Kini , kami menghalakan ikhtiar ke dunia herba " kembali ke alam semulajadi " seperti telah berkata rasulullah : " Berubatlah kamu dengan Al Quran dan Madu ( Isyarat ubat-ubatan dari sumber alam / herba )
Tulisan ini tiada erti pada kata saintifik  tambahan pula  saya  tidak  suka berhujah  dengan  orang-orang sains yang amat berpegang  pada konsep pembuktian   maujud  lagi pun  saya bukan orang medic  tapi saya  berusaha mengali pernyembuh yang dijanjikan rasullullah dan pencipta kita.

Allahu'alam.

Tuesday 16 October 2012

Kacang Soya Dan Kajian....


Artikel tentang kacang soya ini telah  saya terima dari sebuah emel dua tahun yang lalu. Namun baru kini sempat  menyimpannya  dalam bentuk  blog.

Terkejut  juga  sebab  selama ini kita diwar-warkan   supaya  makan soya. Lecitin soya dan kecerdikan  hatta bila mengandung  disarankan  sangatlah   supaya  mendapat anak yang  cantik gebusss kulitnya .  Marilah  kita  telusuri  emel ini . 

Sejak itu membaca emel ini  , saya kurang  mengambil soya  selain dalam bentuk tempe sahaja.. 

Nabi SAW mengamalkan pemakanan sunnah seperti kurma, kismis dll. Tetapi kita telah dipalingkan daripada pemakanan sunnah oleh golongan tertentu sehingga yg baik tidak diambil, sebaliknya kita disogokkan oleh musuh Islam dengan matlamat untuk melariskan barangan mereka.

Kita selalu digembar-gemburkan dengan kandungan dan kebaikan soya yang mengandungi nutrien penting dan protein, tapi kali ni saya nak kongsi sebaliknya. Hakikatnya, soya sebenarnya mengandungi kandungan bahan kimia yang berbahaya. Terutama sekali untuk kaum wanita.

Antara keburukan kacang soya yang dapat saya simpulkan dari pembacaan saya:

•Meningkatkan risiko penyakit barah payudara (breast cancer) di kalangan wanita.
•Berupaya mempengaruhi dan melembapkan minda/otak.
•Punca kepada proses pertumbuhan luar biasa untuk bayi dalam kandungan dan kanak-kanak.
Kajian menunjukkan kacang soya mengandungi satu bahan kimia yang menyerupai hormon estrogen (yakni hormon wanita). Bahan kimia ini jika diambil berlebihan mampu mengubah perkembangan seksual / sexual development (mungkin mempengaruhi kejantinaan seseorang-kelembutan??).

FAKTA: 2 gelas susu soya sehari, dalam masa sebulan, adalah cukup untuk mengubah masa kitaran haid wanita!

Kacang soya mengandungi satu susunan fotokimia (1) yang mengagumkan, dan susunan yang paling menarik ialah satu chemical bernama isoflavone (2).

(1 : komponen yang aktif secara biologi yang terhasil dari tumbuh-tumbuhan.)

(2 : komponen / sebatian kimia yang dikaji dapat melegakan symptom menopous, mengelak kanser, memperlahankan kadar osteoporosis dan mengurangkan risiko penyakit jantung.)

Walaubagaimanapon, kandungan isoflavone ni bukan senang-senang dapat diekstrak dari kacang soya. Hanya selepas menjalani proses penapaian (fermentation) yang lengkap, barulah dapat menghasilkan isoflavone, yang dapat dihadam dengan sempurna dalam sistem penghadaman manusia. Dalam erti kata lain, kacang soya yang tidak menjalani proses penapaian sempurna, mempunyai kurang kandungan isoflavone dan tidak sesuai untuk diminum.

Kacang soya juga mengandungi perencat enzim yang menghalang penyerapan tripsin dan enzim lain yang diperlukan tubuh untuk proses penghadaman. Proses memasak yang biasa tak mampu nak mendeaktifkan erencat enzim ini. Keadaan ini sangat berbahaya kerana boleh menyebabkan gastric, kekurangan protein dan asid amino.

Secara semulajadinya, semua kekacang mempunyai satu bahan kimia bernama ‘phytic acid (3)’ yang merupakan satu bahan anti-nutrien. Begitu juga dengan kacang soya. Malah, kandungan bahan ini dalam kacang soya adalah lebih berbanding kekacang lain.

(3 : phytic acid mampu menghalang penyerapan mineral tertentu seperti magnesium, kalsium, zat besi dan zink. Laporan perubatan menunjukkan penduduk Negara Dunia Ketiga yang banyak mengambil kacang soya, mempunyai kekurangan mineral-mineral tersebut dalam badan.)

Kacang soya juga mengandungi bahan kimia hemagluttinin (4) dan perencat tripsin yang merencatkan pertumbuhan manusia (di peringkat kanak-kanak). Bahan ini dapat di deaktifkan dengan proses penapaian. Antara produk dari kacang soya yang menjalani proses penapaian ialah tempe .


(4 : link hemaggluttin ini lah yang membentuk jaringan virus H1N1 dan sekuel-sekuel nya)

Tapi, bagi sesetengah produk soya, contoh air soya dan tofu, sebatian perencat ini masih wujud, walaupun sedikit.

Keadaan ini juga bukan satu berita baik untuk kanak-kanak yang mengambil susu berasakan soya. Sesetengah ibu bapa menggantikan susu tepung (susu lembu) dengan susu berasaskan soya, tapi ia bukanlah sebaik yang disangka.

Menurut Dr Jill Shneider, Prof Madya Sains & Biologi di Lehigh University, Betlehem, Pensylvania, bayi yang alergik kepada susu lembu tapi diberi susu berasaskan soya merupakan satu keadaan yang berbahaya.

Satu kajian makmal dibuat ke atas tikus putih menunjukkan isoflavone yang bertindak sebagai hormone estrogen dalam kacang soya mampu mempercepatkan proses tumbesaran tikus makmal.

Chemical ni kurang baik untuk bayi kerana ia bertindak seperti estrogen yang mengawal pertumbuhan lelaki dan wanita dewasa. Senang cakap, seolah-olah menggalakkan ia bayi membesar lebih cepat dari kadar yang sepatutnya.

FAKTA: Dikatakan, bayi yang diberi minum susu berasaskan soya menghadam phytoestrogen dari kacang soya, seolah-olah bayi tersebut menerima 5 biji pil perancang dalam sehari! Pergh!

FAKTA: Pada 1991, penyelidik Jepun melaporkan bahawa penggunaan soya serendah 30 gram sehari atau 2 sudu makan, untuk sebulan, boleh menyumbang kepada peningkatan hormone tiroid, yang menyebabkan kanser tiroid.

Oleh itu kembalilah kepada pemakanan sunnah melibatkan jenis makanan dan cara pemakanan.

MENJANA KESIHATAN MENGIKUT SUNNAH SEBELUM TERLAMBAT

Wallahu a’lam


______________